Getting Over It (2017)

game getting over it (2017)

Getting Over It with Bennett Foddy hadir sebagai game tak terduga yang mengguncang industri permainan. Dirilis pada tahun 2017, game ini langsung mencuri perhatian bukan karena visual memukau atau fitur canggih, melainkan karena kesederhanaan brutal dan kemampuan luar biasa untuk membuat pemain frustasi—namun tetap ketagihan. Dalam dunia yang memburu kenyamanan dan hasil instan, game ini menjadi pengingat bahwa kegagalan adalah bagian penting dari proses.

Informasi Umum Game

  • Judul: Getting Over It with Bennett Foddy
  • Pengembang & Publisher: Bennett Foddy
  • Dirilis : pada 6 Oktober 2017 oleh situs konohatoto78 , kemudian tersedia di Steam pada 6 Desember 2017.
  • Platform: PC (Windows, macOS), iOS, Android
  • Genre: Physics-based platformer
  • Mode: Single-player
  • Engine: Unity

Konsep dan Gameplay

Getting Over It (2017)

Getting Over It dapat digolongkan sebagai permainan platformer berbasis fisika yang kuat. Pemain mengontrol seorang pria tanpa busana bernama Diogenes, yang duduk di dalam pot besar, dan hanya dibekali sebuah palu sledgehammer. Tujuan Anda? Memanjat gunung yang terbentuk dari sampah, objek rumah tangga, dan rintangan acak lainnya—semua itu hanya dengan mengayunkan palu.

Kontrol Unik

Game Getting Over It ini tidak memiliki tombol lompat, tidak ada kemampuan menyelamatkan posisi (save), dan tidak ada checkpoint. Pemain hanya menggerakkan palu menggunakan mouse (atau jari, di versi mobile) untuk mencengkeram, mendorong, mengayun, dan mengangkat tubuh karakter.

Baca Juga:  Sea of Stars Dawn of Equinox

Fitur Utama:

  • Tidak ada progress tetap: satu kesalahan bisa menjatuhkan Anda kembali ke titik awal.
  • Fokus pada fisika gerakan: semua pergerakan tergantung pada presisi, arah, dan kecepatan gerakan palu.
  • Komentar naratif dari Bennett Foddy: saat bermain, Foddy memberikan narasi filosofis tentang kegagalan, harapan, dan makna bermain itu sendiri.

Inspirasi dan Latar Belakang

Getting Over It (2017)

Game Getting Over It ini merupakan tribute atau reinterpretasi dari game klasik QWOP dan Sexy Hiking—dua game yang juga terkenal karena kontrolnya yang menyiksa. Sosok di balik game ini, Bennett Foddy, merupakan filsuf dan akademisi asal Australia yang sebelumnya menciptakan game unik seperti QWOP dan CLOP.

Foddy ingin membuat game yang menantang secara mental dan emosional, bukan hanya refleks. Ia menyatakan bahwa Getting Over It adalah tentang menghadapi kegagalan, menerima ketidaksempurnaan, dan mencoba terus menerus.

Desain Visual dan Audio

Visual

Grafik dalam Getting Over It sangat minimalis. Lingkungannya terdiri dari:

  • Objek rumah tangga besar seperti lemari es, tumpukan batu bata, ember, dan antena TV.
  • Latar belakang kabut yang suram dan datar, menciptakan kesan sepi dan absurd.
  • Karakter Diogenes yang absurd: pria setengah telanjang dalam pot logam, menjadi simbol ironi dan perlawanan terhadap estetika modern.

Audio

Yang menonjol dalam game ini bukan musik atau efek suara, tetapi narasi dari Bennett Foddy sendiri. Sepanjang permainan, ia menyampaikan kutipan dari tokoh-tokoh terkenal, refleksi filosofis tentang kegagalan, dan komentar sarkastik atau menghibur saat Anda jatuh.

Tingkat Kesulitan: Frustasi yang Menginspirasi

Game ini sangat terkenal karena tingkat kesulitannya yang luar biasa tinggi. Bukan karena rintangan yang kompleks, tetapi karena kontrolnya yang tidak intuitif dan tidak memaafkan kesalahan kecil.

Baca Juga:  Ark: Survival Evolved

Setiap gerakan bisa berakibat besar. Sedikit slip, dan Anda bisa jatuh dari puncak ke dasar, kehilangan waktu berjam-jam tanpa ada sistem “undo”.

Namun di situlah letak pesonanya. Game ini tidak menghukum Anda dengan musuh atau nyawa terbatas, tetapi dengan kegagalan pribadi yang nyata. Hal ini menciptakan emosi yang berlapis: frustrasi, ketekunan, rasa bangga, dan humor pahit.

Filosofi di Balik Game

Getting Over It adalah simbol dari perjuangan hidup. Bennett Foddy memanfaatkan permainan ini sebagai wadah untuk mengungkapkan pandangan filosofisnya.

  • Kegagalan bukan akhir, tetapi proses pembelajaran.
  • Kita tidak memiliki kontrol penuh dalam hidup, dan itu tidak apa-apa.
  • Kesabaran dan ketekunan adalah kunci dalam menghadapi tantangan yang tampaknya mustahil.
  • Kebahagiaan sering datang bukan dari mencapai tujuan, tetapi dari perjuangan mencapainya.

Narasi Foddy terkadang membuat pemain marah, tetapi juga menggugah pikiran. Ia menyadari betul bahwa game ini menyiksa, dan itulah maksudnya—membuat pemain sadar akan reaksi emosionalnya sendiri.

Reaksi Pemain dan Popularitas

Sejak dirilis, game ini mendapatkan respons beragam namun viral:

Respons Positif:

  • Dianggap sebagai pengalaman emosional yang dalam dan menyadarkan.
  • YouTuber dan streamer terkenal, termasuk PewDiePie dan Markiplier, ikut memainkan game ini dan menjadikannya fenomena di dunia maya.
  • Disebut sebagai simulasi frustrasi paling jujur yang pernah dibuat.

Respons Negatif:

  • Banyak pemain yang menyerah di tengah jalan.
  • Ada yang merasa game ini terlalu kejam dan tidak memberikan progres yang memuaskan.
  • Disebut sebagai “game untuk disiksa, bukan untuk dinikmati”—namun inilah justru daya tarik utamanya.

Pencapaian dan Pengaruh

  • Masuk dalam nomine berbagai penghargaan indie game.
  • Dijadikan studi kasus dalam psikologi game dan filosofi bermain.
  • Menjadi sumber meme dan konten humor di media sosial karena reaksi marah pemain yang berlebihan.
  • Dikenal sebagai “game rage terbaik dekade ini”.
Baca Juga:  Baldurs Gate 3

Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan:

  • Konsep unik dan penuh makna filosofis.
  • Tingkat kesulitan yang menantang dan memuaskan.
  • Narasi naratif yang reflektif dan provokatif.
  • Viral dan sangat cocok untuk konten streaming.

Kekurangan:

  • Tidak cocok untuk pemain yang mudah frustasi.
  • Kontrol yang sulit dikuasai dapat menjengkelkan.
  • Tidak memiliki sistem checkpoint atau penyimpanan kemajuan.
  • Desain visual sangat minimalis dan bisa terasa monoton bagi sebagian orang.

Kesimpulan

Getting Over It with Bennett Foddy bukan hanya sebuah permainan, melainkan tantangan mental sekaligus refleksi emosi pemain. Dengan kontrol yang menyiksa dan desain yang minimalis, game ini justru menghadirkan pengalaman mendalam yang jarang ditemukan dalam game modern. Bagi yang berani menghadapi tantangan, game ini memberikan pelajaran berharga tentang kegigihan, kesabaran, dan keikhlasan dalam menghadapi kegagalan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *